Jalan Dago di kota Bandung ialah jalur yang penuh sejarah serta wisata, tidak hanya populer selaku tempat nangkring anak bandung pula selaku tempat destinasi wisata dari kota lain semacam Jakarta, Bogor, Sukabumi, Cianjur serta yang lain.
Nama Dago sudah terdapat semenjak era Belanda. Konon, pada masa kolonial Belanda, penduduk di kawasan Bandung Utara mempunyai Kerutinan buat“ silih menunggu”( Sunda: silih dagoan) saat sebelum berangkat ke kota.
Jalur yang digunakan masih berbentuk jalan setapak yang kala itu jadi salah satunya akses untuk penduduk ke pasar. Namun jalur mengarah pasar di Kota Bandung ini masih dipahami oleh para perampok dan rawan fauna buas, paling utama di wilayah hutan dekat Halte Dago dikala ini.
Dikala ini di Dago telah tidak terdapat lagi fauna buas. Kawasan Dago juga terus menjadi asri. Deretan sofa di selama Jalur Ir. H. Juanda membuat kawasan tersebut terus menjadi aman. Telah dapat ditentukan, tiap turis yang sempat berkunjung ke Kota Bandung, tentu singgah di Dago.
Hasil revitalisasi trotoar di Jalan Dago( Jalur Ir. H. Djuanda) yang legendaris sanggup menghidupkan kembali budaya warga Bandung tempo dahulu, ialah yang berjalan kaki.
Keren serta terbilang istimewa. Saat ini, dari Simpang Dago sampai Jalur Merdeka lebih aman buat pejalan kaki tercantum penyandang disabilitas.
Tetapi, dibalik itu seluruh tidak bisa dipungkiri memanglah Bandung pula menaruh banyak teka- teki serta mitos hantu yang sangat terkenal serta jadi bahan cerita masyarakatnya. Salah satu teka- teki hantu hantu yang menaruh banyak persoalan serta cukup mengusik kehidupan manusia merupakan menimpa keberadaan hantu anak kecil di suatu garasi yang terletak di jalur Dago Kota Bandung.
Demikianlah review pendek tentang jalur Dago di kota Bandung, jika kamu main ke kota Bandung jangan kurang ingat mampir ke jalur Dago.